Vapeboss – Rokok elektrik atau vape semakin populer di dunia dalam beberapa tahun terakhir. Alasannya, vape kerap kali dianggap lebih aman bagi kesehatan penggunanya dibandingkan rokok konvensional. Selain itu, vape dinilai tidak meninggalkan bau yang berbekas di pakaian penggunanya. Uapnya pun lebih wangi, sehingga lebih diminati oleh anak muda sekaligus mendorong tingginya pengguna vape di sejumlah negara.
Laporan perusahaan data pasar dan konsumen Statista Consumer Insights menunjukkan, Indonesia merupakan negara pengguna rokok elektrik terbanyak di dunia, terutama Asia. Tercatat, 25% responden asal Indonesia mengatakan menggunakan rokok elektrik setidaknya sesekali. Survei tersebut dilakukan secara online terhadap sekitar 1.000-9.500 responden berusia 18-64 tahun dari sejumlah negara, termasuk Indonesia. Survei dilakukan pada periode Januari-Maret 2023. Adapun vape semakin populer dalam beberapa tahun terakhir, terutama dengan munculnya merek-merek baru seperti Elf Bar.
“Di Indonesia, sebanyak 1 dari 4 orang yang disurvei oleh Statista Consumer Insights mengatakan pernah menggunakan vape setidaknya sesekali,” tulis Statista. Sementara di Eropa, laporan Statista menunjukkan bahwa vape cukup populer di Swiss (15% responden) dan Inggris (13%). Penggunaan vape di Amerika Serikat dan Kanada juga cukup populer meski berada di bawah Indonesia seperti grafik di atas. Di sisi lain, laporan Statista menunjukkan bahwa vape kurang populer di Brasil, di mana hanya 6% responden mengatakan bahwa mereka menggunakan vape setidaknya sesekali. Bahkan, lebih sedikit lagi di Maroko dengan hanya 2% responden menjawab hal yang sama.
Tak hanya Indonesia, sebagai negara asal munculnya teknologi vape, China juga menjadi negara dengan pengguna pod vape terbanyak di Asia. Tidak heran, karena populasi negara ini mencapai 1,4 miliar jiwa. China juga mendominasi 80% pasar vape di dunia dengan peningkatan penjualan sebesar 33% di tahun 2015.
“Rokok elektrik sekali pakai juga menuai kritik karena menargetkan konsumen muda melalui kampanye pemasaran mereka dan membujuk mereka untuk merokok. Meskipun vape tidak membakar tembakau, seringkali masih mengandung nikotin, yang sangat membuat ketagihan,” kata Statista.
Menurut Statista, vape umumnya dianggap kurang berbahaya daripada merokok dengan tembakau dan sering digunakan sebagai alat untuk membantu berhenti merokok. Meski demikian, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa terlalu dini untuk mengatakan apa dampak jangka panjang dari penggunaan rokok elektrik bisa atau dampak dari paparan mereka.
Baca artikel lainnya:
30 Mei 2023 Peringatan Hari Vape Sedunia, Berikut Bukti Keberadaan Vape Mampu Bantu Perokok
Baru Cobain Vape? Ini Beberapa Efek Samping Dari Vaping Yang Harus Kamu Tahu
Misinformasi Jadi Tantangan Industri Vape Untuk Mengurangi Jumlah Perokok