Vapeboss – Semakin hari, vape kian dinikmati oleh banyak orang. Pasalnya, produk tersebut merupakan alternatif yang diklaim sejumlah kajian memiliki risiko lebih rendah daripada rokok konvensional. Meski sama-sama mengandung nikotin, yang menjadi pembeda dari rokok adalah vape tidak memiliki kandungan TAR.
Peneliti Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB) Mohammad Khotib menjelaskan terkait perbedaan nikotin dan TAR. Kedua bahan kimia tersebut umumnya terdapat dalam rokok, namun masih banyak orang yang belum memahami perbedaannya. Selama ini, yang dianggap berbahaya adalah nikotin, akan tetapi apakah faktanya begitu?
Mohammad Khotib menjelaskan bahwa nikotin merupakan senyawa kimia yang secara alami terdapat pada tembakau. Senyawa tersebut masuk ke dalam golongan alkaloid. Selain ada didalam rokok dan vape, nikotin juga bisa ditemukan pada tanaman seperti kentang, terong serta tomat.
"Secara kimia, nikotin adalah senyawa tunggal. Nikotin kecenderungannya lebih ke arah adiktif sehingga menciptakan ketergantungan," kata Khotib.
Sedangkan TAR, bukan senyawa alami seperti nikotin, tapi termasuk ke dalam kumpulan dari berbagai senyawa yang timbul akibat proses pembakaran pada rokok. Menurut beberapa penelitian, TAR diidentifikasi mengandung senyawa-senyawa karsinogenik.
"Efek negatif TAR itu yang dominannya adalah karsinogenik. Hal ini yang dapat menyebabkan berbagai penyakit. Kalau nikotin kecenderungannya karena efek adiktifnya," ujarnya.
Sementara itu, menurut data National Cancer Institute (NCI) Amerika Serikat, TAR mengandung berbagai senyawa karsinogenik yang dapat memicu kanker paru-paru, emfisema atau masalah paru-paru lainnya. Bahkan, TAR yang menumpuk pada gigi dapat menyebabkan warna gigi berubah kekuningan hingga kecoklatan dan gigi juga dapat mengalami kerusakan apabila dibiarkan sampai jangka panjang.
Disisi lain, ahli toksikologi dan dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (UNAIR), Shoim Hidayat mengatakan bahwa selama ini nikotin dianggap sebagai sumber penyebab masalah kesehatan dibandingkan tar. Faktanya, menghirup rokok yang mengandung TAR justru menimbulkan banyak penyakit.
"Jadi nikotin sama sekali bukan karsinogen. Bahan-bahan karsinogen adanya di dalam TAR,"pungkasnya.
Shoim lantas menyarankan perokok dewasa agar mengurangi paparan TAR dengan mengambil langkah antisipasi untuk berhenti merokok.
"Potensi untuk terjadinya penyakit akibat bahan kimia sangat ditentukan oleh kadarnya. Kalau sangat besar maka berpotensi menimbulkan penyakit. Jadi kalau yang masuk itu kecil, ya potensinya kecil," kata Shoim.
Sumber: Liputan6